perjalananku

Minggu, 09 November 2008

SEKILAS SEJARAH
STASIUN DI SOLO


Di Surakarta di kenal empat stasiun kereta api yang besar yaitu stasiun Purwosari, Jebres, Solo Balapan, dan Sangkrah. Stasiun Purwosari dan Jebres merupakan stasiun yang dimiliki oleh pihak kerajaan yang ada di Surakarta . Stasiun Purwosari di miliki oleh pihak keraton Mangkunegaran, sedangkan stasiun Jebres di miliki oleh pihak keraton Kasunanan Surakarta. Kerajaan Kasunanan Surakarta didirikan oleh Raja Pakubuwono II pada tahun 1745. Sedangkan Pura Mangkunegaran didirikan oleh Raden Mas Said yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyowo pada tahun 1757 setelah yerjadinya penandatanganan perundingan Salatiga yang terjadi pada tanggal 13 Maret. Kedua stasiun tersebut tentunya memiliki latar belakang pendirian yang sama yaitu untuk memudahkan pihak-pihak baik itu berupa warga maupun pejabat dari kedua kerajaan tersebut dalam melakukan segala macam kegiatannya baik yang menyangkut masalah politik, ekonomi, social budaya, dan segala macam kepentingan lainnya. Stasiun purwosari terletak di sebelah barat Surakarta, dan relatif dekat dengan pura Mangkunegaran. Stasiun Purwosari di bangun pada tahun 1875 sedangkan stasiun Jebres di dirikan pada tahun 1884, sedangkan dua stasuin lainnya yaitu stasiun Solo Balapan di bangun tahun 1910 dan Stasiun Sangkrah pada tahun 1922.

Sistem transportasi di kota Surakarta semakin mengalami kemajuan yang pesat sekali dimana pemerintah Hindia Belanda memiliki peran dean andil yang sangat besar dalam kemajuan transportasi di wilayah Surakarta. Pemerintah Kolonial pada waktu itu perananannya memang sangat besar di Indonesia tak terkecuali di wilayah surakarta. Pemerintah kolonial bekerja sama dengan dua kerajaan tersebut untuk membangun Stasiun dan jaringan kereta api yang ada di Surakarta. Pembangunan jalur ini ditandai ditangani oleh NIS ( Nederlandsh Indische Spoorweg Maatschappi ). Jalur rel di Wilayah Surakarta meliputi jalur utama (kelas C), yaitu : Jalur ke arah utara yang menuju ke Semarang, jalur ke barat yang menuju ke arah Jogjakarta, dan jalur kereta api yang menuju ke arah timur yaitu menuju ke Surabaya. Ada juga kereta api sekunder ( kelas II ) yang rute perjalananya menuju keselatan Surakarta yaitu ke Wonogiri dan jalur yang menuju ke barat laut yaitu ke Boyolali Di dalam kota Surakarta terdapat juga rute kereta api dan berpusat di stasuiun sangkrah (stasiun dalam kota) dengan melewti berbagai macam daerah yang terdapat di eks Karisidenan Surakarta. Daerah-daerah yang di lalui jalur tersebut antara lain adalah sebagau berukut: Pajang, Majang, Gowok, Wonosri, Tegal Gondo, Delangu, Kartosuro, Kampung Ngasem, Bangak, Banyudono, Pengging, Teras, Randusari, Kepoh, Ceper, Ketandan, Klaten, Srowot, Brambanan, Mojosongo, boyolali, Wonogiri, Sumohulun, Gondang Dondong, Nguntoronadi, dan terakhir adalah Batu retno.

Keempat stasiun yang ada di Solo tersebut masih berfungsi dan masih tetap digunakan sampai sekarang. Stasiun Purwosari merupakan stasiun yang paling tua diantara stasiun-stasiun di Solo. Setelah ada penemuan mesin uap pada akhir abad ke 19 di Hindia Belanda juga tak ketinggalan terkena imbasnya. Ini terbukti bahwa di Indonesi dan di jawa pada waktu itu mulai muncul lokomotif bertenaga uap, dan di bangun pula SS ( Staats Spoorwagen ) dan jalurnya adalah yogyakarta-Madiun. Stasiun Jebres merupakan stasiun besarnya SS. Awal tahun 1900an di bangunlah stasiun Balapan dan kemudian pada perkembangannya kereta jalur dalam kota diperluas menuju Wonogiri. Dengan adanya perluasan jalur kea rah timur laut tersebut maka di bangunlah stasiun Sangkrah. Semua jalur kelas C menuju ke luar kota Solo. Jalur Purwosari_sengkreh merupakan jalur yang melewati jalan utama di kota Solo, yakni jalur Slamet Riyadi. Kereta api dalam kota tersebut tidak dapat berhenti di sembarang tempat, tetapi harus berhenti halte-halte atau terminal kecil yang khusus di gunakan untuk kereta api dalam kota tersebut. Salah satunya adalah di daerah pasar Pon, yaitu di sebelah selatan kompleks keraton Mangkunegaran.

Jalur-jalur yang di atas dapat disebut sebagai jalur untuk daerah Hiterland Surakarta, dengan pemberhentian di stasiun Sangkrah. Meskipun hanya berstatus jalur nomor dua tatapi bagi kepentingan ekonomi terutama pertanian dan perdaganga pada waktu itu sangat terbantu dengan adanya rute tersebut. Manfaat dari adanya jalur Hinetrland surakarta sangat besar artinya, dikarenakan dapat dijadikan suatu rujukan alternatif untuk alat pengangkut barang dagangan dan tentunya khusus untuk sistem transportasi tertentu. Maskapai kereta api NIS telah mengelurkan tarif harga yang relative cukup murah untuk KA sekunder bagi inlandern atau pribumi. Penetapan tarif tersebut di lakukan pada tahun 1928, sehingga harga tiket tersebut dapat terjangkau oleh kocek pribumi pada masa itu.

Untuk jalur kelas satu yaitu jalur Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya, sangat bermanfaat dan banyak berguna sekali untuk kegiatan perekonomian terutama dalam kegiatan perdagangan. Sehingga pertumbuhan kota mengalami kemjuan secara pesat dan tidak tertutup pula kemajuan di daerah di sekitar kota Surakarta. Cotoh rute yang sering dipergunakan dalam perdagangan ini adalah Surabaya-Surakarta dan Surakarta-Yogyakarta.. Pedagang dari Purworejo, Prambanan, atau Klaten dapat memakai jalurYogaya-Surakarta. Salah satu tempat pemberhentian yang di lalui jalur kereta kelas satu adalah Stasiun Balapan. Lokasi stasiun ini sangat besar dan cukup dekat dengan salah satu sektor perekonomian yang ada di Solo yaitu Pasar Legi yang letaknya di sebelah utaranya Stasiun Balapan. Contoh lainnya adalah adanya sebuah halte kecil di dekat pasar Pon. Hal ini sangat bermanfaat sekali dimana para pedagang yang akan menjajakan berbagai macam barang dagangannya. Dengan adanya jalur kereta api beserata armadanya dapat memaksimalkan efisiensi waktu bagi penduduk pada masa itu. Karena kereta api merupakan alat transportasi yang sangat cepat yanga ada di darat pada waktu itu. Dengan adnya empat stasiun yang ada di Surakarta tersebut perekonomian dapat berkembang secara langsung dan tak langsung akibat adanya keempat stasiun kereta api tersebut. Mula muncullah sentral-sentral perekonomian di dekat stasin tersebut, dan kemajuan infrastruktur di Surakarta sangat terkait dengan adanya empat stasiun yang ada itu.


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Stasiun Sangkrah dari dulu menarik perhatian gue, terutama karena kekontrasannya dengan Stasiun Yogyakarta. Tataruang Kota Yogya dan Solo sangat mirip, lihat lokasi Bank, Kantor Pos, dan stasiun yang sama-sama di sebelah utara keraton. Mengapa Sangkrah sangat sepi sedang Yogya sangat penting??

omah kayu mengatakan...

kemungkinan besar karena perubahan tata ruang kota dan adanya akses transportasi yang mengali perubahan. padaha sejatinya dahulu stasiun sangkrah merupakan stasiun kereta api milik keraton Kasunanan Surakarta.....